Jumat, 16 September 2011

Strategi Pengembangan Ilmu Pembelajaran

Strategi Pengembangan Ilmu Pembelajaran

LANDASAN DAN ASUMSI

Pikiran ilmuwan pembelajaran sepenuhnya dicurahkan guna mempreskripsikan teori dan/atau model-model untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Perhatian ke arah ini telah berkembang semakin kuat pada dasa-warsa terakhir ini. Begitu banyak teori dan model telah diciptakan untuk memperbaiki metode pembelajaran. Disiplin baru yang lebih spesifik: teknologi pembelajaran, desain   pembelajar-an, dan ilmu pembelajaran, juga telah dimunculkan untuk menampung teori-teori dan model-model yang telah dikembangkan. Akhirnya, pembagian peran dalam bidang pembelajaran juga menjadi lebih khusus: ilmuwan, yang menciptakan dan memvalidasi teori-teori dan konsep-konsep pembelajaran; teknolog, yang mengembangkan prosedur-prosedur pembelajaran; dan teknisi, sebagai pelaksana pembuat produk-produk pembelajaran.
Sayang sekali, pengembangan konsep-konsep, teori-teori, dan model-model pembelajaran  yang berjalan sejauh ini masih terpisah-pisah satu dengan lainnya. Reigeluth (1983:xi ) mengemukakan:
During the past twenty-five years, a young disciplin has developed to so improve instruction. This disciplin about instruction has produce a growing knowledge base about methods of instruction and their effects for defferent kinds of goals, content, and learners. Because it is a very new disciplin, the knowledge that has been generated so far has tended to be piecemeal, and instructional researchers have tended to develop independent "knowledge bases". Moreever, different researchers often use different terms to refer to the same phenemenon, and they often use the same term to refer to different phenomena. The result has been somewhat chaotic.
Yang dibutuhkan sekarang adalah "landasan pengetahuan", Reigeluth dan Merrill (1978) menyebutnya dengan knowledge base yang umum untuk memperbaiki metode pembelajaran yang telah ada sekarang ini. Pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki metode pembelajaran? Saat ini, diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis metode yang dapat membuat belajar menjadi lebih mudah, dan lebih menyenangkan bagi siswa; metode yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik tinggi. Metode pembelajaran  yang diacu di sini bisa strategi pengorganisasian pembelajaran, mikro dan makro; strategi penyampaian pembelajaran; dan strategi pengelolaan pembelajaran. Yang ketiganya akan menjadi penentu kualitas pembelajaran  di bawah kondisi yang ada: karakteristik tujuan, karakteristik isi, kendala, dan karakteristik siswa.
Asumsi yang paling dasar, yang harus diletakkan pertama kali, dalam  kajian mengenai landasan pengetahuan untuk memperbaiki metode pembelajaran  adalah bahwa komponen strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran. Ini tidak berarti bahwa semua komponen strategi memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten terhadap hasil pembelajaran. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi dan mendefinisikan secara jelas komponen strategi mana yang memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran, dan mana yang tidak. Komponen strategi yang tidak memiliki pengaruh yang konsisten tidak bermanfaat untuk mempreskripsikan landasan pengetahuan yang diinginkan.
Konsekuensi dari asumsi dasar ini, bahwa komponen strategi pembelajaran  yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil belajar, adalah bahwa kondisi pembelajaran  yang berbeda (umpamanya, karakteristik isi bidang studi dan karakteristik siswa) bisa juga memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran. Oleh karena itu, landasan pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran  harus mencakup pengembangan komponen-komponen strategi baru, yang memiliki pengaruh  konsisten, dan identifikasi perbedaan pengaruh yang diakibatkannya yang mungkin disebabkan oleh kondisi yang berbeda. Kegiatan-kegiatan ini dapat dipandang sebagai bidang garapan utama ilmu pembelajaran  sebab mencakup pengungkapan hubungan sebab-akibat yang mengaitkan variabel kondisi, metode, dan hasil pembelajaran. Hasil dari kegiatan ini akan berupa teori-teori atau prinsip-prinsip pembelajaran  yang sahih. Akhirnya, dalam konteks adanya kebutuhan mengembangkan landasan pengetahuan, prinsip-prinsip dan teori-teori sahih inilah yang menjadi landasan ilmiah upaya untuk memperbaiki metode pembelajaran, yang merupakan sasaran utama ilmu pembelajaran.
Aspek lain dari adanya kebutuhan akan landasan pengetahuan adalah pengembangan prosedur-prosedur dalam menerapkan teori-teori serta prinsip-prinsip pembelajaran ini untuk memperbaiki pembelajaran. Kegiatan ini merupakan bidang kajian teknologi pembelajaran  sebab mencakup pengembangan cara-cara dalam menerapkan teori dan prinsip pembelajaran  untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Reigeluth dan Merrill (1978) mengidentifikasi lima prosedur pokok yang selayaknya menjadi perhatian teknolog pembelajaran:
  1. Prosedur mengajar dan/atau merancang pembelajaran  yang efektif.
  2. Prosedur mendiagnosis kelemahan pembelajaran.
  3. Prosedur menilai program pembelajaran.
  4. Prosedur memperbaiki pembelajaran.
  5. Prosedur mengajar strategi belajar yang efektif untuk siswa.
Prosedur-prosedur sahih yang dikembangkan oleh teknolog pembelajaran ini akan menjadi landasan teknologis dari upaya memperbaiki metode pembelajaran.
Setiap teknologi (umpamanya: kedokteran, rekayasa) selalu dikaitkan dengan suatu ilmu (umpamanya: biologi, fisika), dan setiap ilmu berpijak pada konsep-konsep yang didefinisikan secara jelas dan prinsip-prinsip yang telah divalidasi secara empirik. Demikian pula halnya dengan teknologi pembelajaran  dan ilmu pembelajaran. Namun harus diakui bahwa usaha mendefinisikan konsep-konsep pembelajaran dan usaha memvalidasi prinsip-prinsip pembelajaran baru mencapai tahap awal. Berdasarkan keterkaitan yang begitu erat antara ilmu dan teknologi pembelajaran, maka perlu ada tahapan prosedural yang dapat diikuti dalam mengembangkan landasan ilmiah dan teknologis upaya perbaikan metode pembelajaran.
Empat tahapan yang perlu dilewati dalam pengembangan prinsip-prinsip dan teori-teori pembelajaran: (1) pengembangan hipotesis, (2) klasifikasi variabel, (3) pengembangan prinsip, dan (4) pengembangan teori. Empat tahapan ini hanya diacukan pada kegiatan ilmuwan pembelajaran, sesuai dengan peranannya sebagai pencipta prinsip dan teori pembelajaran. Dengan demikian, hasil kegiatan ini akan memberi landasan ilmiah (teoritik dan konseptual) perbaikan metode pembelajaran. Untuk keperluan pengembangan landasan teknologis, empat tahap itu perlu ditambah dua tahap lagi yang mencakup kegiatan teknolog pembelajaran, yaitu: (5) pengembangan prosedur, dan (6) pengujian prosedur.
Pengembangan prosedur dalam menerapkan teori-teori dan model-model pembelajaran  untuk memecahkan masalah pembelajaran  perlu dilakukan setelah teori dan model divalidasi. Ini berarti ada pengalihan kegiatan dari ilmu ke teknologi, atau dari ilmuwan ke teknolog. Orangnya bisa sama tetapi perannya telah berubah. Prosedur-prosedur pokok yang menjadi perhatian teknolog pembelajaran, seperti telah dikemukakan sebelumnya, dikembangkan menjadi prosedur konkrit, serupa dengan penciptaan "resep memasak". Prosedur ini berupa langkah yang dapat diikuti oleh seseorang untuk memecahkan masalah.
Pengujian prosedur dilakukan pada tahap berikutnya. Prosedur-prosedur, yang berupa langkah-langkah konkrit, perlu dievaluasi dan direvisi sesuai masukan hasil evaluasi.  Ini dilakukan dengan melakukan uji-coba pada situasi yang sebenarnya dan membandingkan hasilnya dengan hasil program lain, yang mencakup keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. 
Dengan empat tahap kegiatan keilmuan dan dilanjutnya  dengan   dua  tahap   teknologis,   akan   dapat diciptakan landasan ilmiah dan teknologis yang sahih untuk keperluan memperbaiki metode pembelajaran. Usaha ini akan membawa pengaruh langsung pada perbaikan kualitas pembelajaran, yang semuanya merupakan sasaran pokok dari ilmu pembelajaran.

0 komentar:

Posting Komentar