Strategi Pembelajaran : Penataan Dan Penyampaian Isi
Tulisan sederhana ini mengungkapkan gagasan singkat mengenai langkah prosedural utuh yang perlu dilewati oleh seorang pengajar. Gagasan ini dilengkapi dengan uraian yang agak rinci mengenai strategi penataan isi/pesan pembelajaran dan strategi penyampian isi pembelajaran.LANGKAH PROSEDURAL PEMBELAJARAN
Sembilan langkah prosedural (urutan peristiwa) pembelajaran:
- Menarik perhatian
- Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa
- Merangsang ingatan pada prasyarat belajar
- Menyajikan bahan
- Memberikan bimbingan belajar
- Mendorong unjuk-kerja
- Memberikan balikan informatif
- Menilai unjuk-kerja
- Meningkatkan retensi dan alih belajar
Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa.
Maksud utama memberitahu-kan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa adalah agar mahasiswa dapat menjawab pertanyaan ini, "Bagaimana saya tahu bahwa saya sudah belajar?" Keuntungan lain yang juga dapat diperoleh dari pemberitahuan tujuan ini adalah terarahnya seluruh kegiatan belajar ke tujuan yang ingin dicapai. Hakekat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran sebenarnya adalah menginformasikan apa yang harus dicapai mahasiswa pada akhir pembelajaran. Ia dimaksudkan untuk membangun harapan-harapan dalam diri mahasiswa tentang hal-hal yang harus dikuasai setelah belajar (Degeng, 1988). Tujuan belajar harus diberitahukan dengan ungkapan yang sederhana tetapi cermat seperti yang dimaksudkan. Umpamanya, apabila suatu tujuan belajar adalah membuat definisi tentang sesuatu, maka beritahukan kepada mahasiswa bahwa setelah belajar ia diharapkan dapat membuat definisi, dan bukan menyebutkan definisi.
Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
Prasyarat belajar (hal-hal yang telah dipelajarai sebelumnya) yang dapat memudahkan belajar hal yang baru harus diingat sebelum yang baru dipelajari. Kadang-kadang hal ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana, yaitu hanya dengan mengingatkan mahasiswa pada hal-hal yang sudah dipelajari: "Ingatlah kembali karakteristik-karakteristik yang membedakan hewan bertulang-belakang dan hewan berkaki ruas". Pada kesempatan lain, cara yang lebih formal mungkin diperlukan: "Sebelum kita mengkaji lebih lanjut karakteristik khusus hewan bertulang-belakang, mari kita tinjau kembali karakteristik umumnya".
Menyajikan bahan (isi) ajar.
Peristiwa pembelajaran keempat adalah menyajikan bahan kepada mahasiswa. Apabila yang dipelajari adalah informasi verbal, bahan ajar bisa berupa bahan-bahan tercetak, seperti kopi dari suatu bab bukuteks, atau secara lisan dengan rekaman. Apabila yang dipelajari adalah suatu ketrampilan intelektual, maka objek-objek atau simbul-simbul (atau keduanya) yang termasuk dalam konsep, atau kaidah, atau masalah yang ingin dipecahkan, perlu disajikan. Untuk strategi kognitif, maka prosedur dari strategi itu sendiri perlu dideskripsikan atau didemonstrasikan kepada mahasiswa. Untuk ketrampilan motorik, bahan yang biasanya perlu disajikan adalah situasi ketika ketrampilan itu ditampilkan. Akhirnya, bahan-bahan untuk belajar sikap, biasanya bisa berupa model-model perilaku manusia.
Memberi bimbingan belajar.
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk membantu mahasiswa memperoleh kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan dalam tujuan. Umpamanya, dalam mengajar suatu konsep, bimbingan belajar diberikan agar mahasiswa memahami karakteristik-karakteristik utama konsep itu; dalam mengajar suatu prosedur yang harus diikuti dalam mendiagnose sebab-sebab kemacetan mesin, bimbingan belajar yang diberikan bisa berupa daftar cek tentang langkah-langkah berurutan dari prosedur yang harus diikuti sampai ditemukan sebab-sebab kemacetan mesin itu.
Menampilkan unjuk-kerja.
Untuk meyakinkan bahwa mahasiswa telah menguasai suatu kemampuan, perlu sekali ia menampilkan kemampuan itu dalam bentuk tindakan yang dapat diamati. Ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan, umpamanya: "Apakah ini merupakan contoh konsep hewan bertulang-belakang?", atau dengan memberi petunjuk untuk melakukan suatu tindakan: "Ini adalah masalah yang perlu dipecahkan". Bagaimanapun juga, jawaban atau unjuk-kerja yang diminta harus sejalan dengan apa yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran sehingga mahasiswa benar-benar terlibat dalam latihan yang sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan.
Memberi balikan tentang kecermatan unjuk kerja.
Memberi balikan merupakan fase peristiwa pembelajaran yang penting sekali. Untuk mendapat hasil yang terbaik, balikan hendaknya informatif. Artinya, memberi rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk-kerja yang telah dicapai mahasiswa dibandingkan dengan tingkat unjuk-kerja yang diinginkan. Ungkapan balikan seperti: "Ini salah", atau "Ini perlu perbaikan", tidak bermakna bagi mahasiswa.
Menilai unjuk-kerja.
Maksud dari fase peristiwa pembelajaran ini adalah untuk menetapkan apakah mahasiswa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan mampu menampilkan unjuk-kerja seperti yang ditetapkan dalam tujuan itu secara konsisten. Untuk itu perlu diidentifikasi berbagai teknik penilaian agar sesuai dengan unjuk-kerja yang ingin dinilai. Tentu saja, penilaian harus sejalan dengan tujuan pembelajaran.
Meningkatkan retensi dan alih-belajar.
Tidak benar kalau perancang pembelajaran mengasumsikan bahwa mahasiswa dengan sendirinya akan dapat melakukan alih-belajar. Upaya meningkatkan retensi dan alih-belajar harus secara eksplisit dimasukkan dalam pembelajaran.
(I Nyoman S. Degeng- Guru Besar Ilmu Teknologi Pendidikan)
0 komentar:
Posting Komentar